“Ibu Tetaplah Ibu. Tidak Ada kata Mertua Dalam Islam”
“Ibu Tetaplah Ibu. Tidak Ada kata Mertua Dalam Islam”. Senang sekali rasanya bias hadir dalam gala premiere film BTDLA 2 yang kedua kemarin malam. Saya merupakan satu dari sekian banyak penikmat film inspirasi yang sudah menantikan kelanjutan film bulan terbelah di langit Amerika yang pertama.
Selama awal film, penonton langsung dibuat untuk mengeluarkan air mata atas scene yang sangat emosional dari konflik Hyacinth &Azima Hussein. Ya, konflik ibu dan anak yang berbeda agama ini sangat menyentuh. Hyacinth sebagai ibu yang beragama kristiani sangat menolak pernikahan anak perempuan tersayangnya yaitu Julia Collins dengan Abe Husein. Penolakan tersebut dikarenakan Julia yang telah memutuskan untuk meninggalkan agama lamanya dan menjadi mualaf.
Selama awal film, penonton langsung dibuat untuk mengeluarkan air mata atas scene yang sangat emosional dari konflik Hyacinth &Azima Hussein. Ya, konflik ibu dan anak yang berbeda agama ini sangat menyentuh. Hyacinth sebagai ibu yang beragama kristiani sangat menolak pernikahan anak perempuan tersayangnya yaitu Julia Collins dengan Abe Husein. Penolakan tersebut dikarenakan Julia yang telah memutuskan untuk meninggalkan agama lamanya dan menjadi mualaf.
Namun yang semakin membuat saya berlinang air mata adalah karena kegigihan Abe untuk berusaha meyakinkan Hyacinth bahwa Abe menyayangi dan menghormati Hyacinth layaknya ibu kandungnya sendiri. Hal ini merupakan salah satu hal yang dibahas dalam agama Islam. Dimana islam tidak pernah menyebut adanya seorang ibu mertua, setelah pernikahan. Orang tua dari pasangan kita juga merupakan orang tua kita yang berhak kita muliakan. Saya merasa scene tersebut adalah scene yang berhasil membuat samping kanan dan kiri saya yang kebetulan perempuan, mengeluarkan isak tangis yang begitu pecah.
Selanjutnya, Al-quran juga mengatur perihal kebersihan bagi pemeluk agama Islam. Dalam film ini, kebersihan digambarkan pada scene dimana Azima Hussein dan anak perempuannya Sarah Hussein ketika menginap di sebuah motel. Motelnya terlihat kotor, dan sedikit kumuh. Namun suatu hari, Sarah diam-diam membersihkan seluruh teras depan kamar motelnya hinggabersih.
Sontak hal tersebut membuat penjaga Motel khawatir. Karena pihak Motel tidakakan membayar upah kepadanya. Yang menarik disini, Azima dan Sarah kompak memberikan penjelasan kepada pegawai Motel bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari keimanan yang mereka miliki. Yaitu Iman Islam. Sehingga hal itu tidak perlu mendapat upah karena layaknya menjadi bagian dari jati diri pemeluk muslim.
Buat saya, film ini adalah film yang yang menunjukan kecintaan pada Al-Quran. Banyak naskah yang terucap berlandaskan dari Firman Allah SWT dalam Al-Quran. Mengingatkan kembali, bahwasanya Al-Quran memanglah pedoman hidup manusia.
Selanjutnya, Al-quran juga mengatur perihal kebersihan bagi pemeluk agama Islam. Dalam film ini, kebersihan digambarkan pada scene dimana Azima Hussein dan anak perempuannya Sarah Hussein ketika menginap di sebuah motel. Motelnya terlihat kotor, dan sedikit kumuh. Namun suatu hari, Sarah diam-diam membersihkan seluruh teras depan kamar motelnya hinggabersih.
Sontak hal tersebut membuat penjaga Motel khawatir. Karena pihak Motel tidakakan membayar upah kepadanya. Yang menarik disini, Azima dan Sarah kompak memberikan penjelasan kepada pegawai Motel bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari keimanan yang mereka miliki. Yaitu Iman Islam. Sehingga hal itu tidak perlu mendapat upah karena layaknya menjadi bagian dari jati diri pemeluk muslim.
Buat saya, film ini adalah film yang yang menunjukan kecintaan pada Al-Quran. Banyak naskah yang terucap berlandaskan dari Firman Allah SWT dalam Al-Quran. Mengingatkan kembali, bahwasanya Al-Quran memanglah pedoman hidup manusia.
0 Response to "“Ibu Tetaplah Ibu. Tidak Ada kata Mertua Dalam Islam”"
Posting Komentar